Kamis, 30 Mei 2013

"Menikmati Ibadah Kita"
by Kang Afif@Workshop ICT SIJ (Kamis, 30 Mei 2013)
Kenikmatan dan kebahagiaan adalah dua kata kunci yang lekat dengan kehidupan manusia. Segala sesuatu yang berhubungan dengan kenikmatan, akan sangat menarik dan membekas dalam ingatan kita. Makanan yang lezat akan menimbulkan air liur kita menetes dan lambung kita meronta-ronta serta membunyikan suara yang khas, yang menunjukkan bahwa kita sangat tertarik. Dalam kondisi lapar, suara dalam perut akan semakin berulang dalam frekuensi yang semakin sering, dan suara itu meronta-ronta untuk dipenuhi. Drama  selanjutnya, yang bisa kita lihat adalah kenikmatan "ragawi' dengan pemenuhan kebutuhan fisik.Hilang rasa lapar, otot kita mulai mendapat asupan makanan untuk mengeluarkan tenaga.
Tapi, pernahkah kita merasakan kenikmatan dan keindahan yang bersifat abstrak. kebahagiaan bertemu kawan-kawan lama yang sangat kita rindukan. Mendapat pujian atas usaha keras kita, atau bertemu dengan orang-orang terkasih yang sudah lama berpisah dengan kita. 
Walaupun, kita tidak mendapatkan keuntungan materi dari berbagai peristiwa tadi, akan tetapi, ada kebahagiaan yang tidak bisa digambarkan dan secara melankolis anak muda mengatakan, kebahagiaan ini tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata.

Penghamabaan kepada Sang Khaliq, ibadah sebagai bentuk lahiriahnya serta aktivitas spiritual lainya adalah kebutuhan rohani manusia. Layaknya asupan makanan yang dikonsumsi manusia pada umumnya. Maka tubuh kita haruslah memiliki asupan rohani yang cukup pula agar tubuh kita sehat dan tidak rentan dengan penyakit psikologis. Berarti benarlah Firman Allah SWT bahwa "Sesungguhnya orang-orang yang dekat denganku tidak akan pernah takut dan tidak akan pernah merasa sedih". 

Seseorang yang sering memperoleh kenikmatan ruhani karena penghambaan yang dilakukan adalah ikhlas secara total, dan bukan setengah-setengah, maka jiwanya akan kokoh. Dia akan berulang-ulang merindukan pengalaman-pengalaman ruhani yang dia peroleh. dan layaknya kenikmatan yang dirasakan oleh raga, dengan terpenuhinya rasa rohani, maka kuatlah rohani yang bersangkutan. Semakin cukup dan berkualitas asupan rohaninya, maka semakin sehat dan kuat jiwanya.